Rabu, 23 Juli 2014

Dinamika dalam kuliah



Agent Of Change.
Sebuah kalimat umum untuk para penggerak perubahan di dalam masyarakat atau aspek lainnya, mahasiswa.

Kalimat ini akan mengantarkan kalian pada masalah saya kali ini.

Butuh berbulan-bulan hampir satu tahun,
Sejak hari pertama sampai dengan hari ini saya berusaha menerima keadaan saya sebagai mahasiswa jurusan teknik informatika di UIN Syahid Jakarta.
Setiap saat saya memperhatikan kebahagiaan dan kebanggaan apa yang bisa saya peroleh dari tempat ini, agar saya mampu untuk terus memahami dan mengerti untuk bertahun-tahun kedepan.
Segala sesuatu yang saya jalani selalu saya mulai dengan nama Allah, agar setiap apa yang saya dapatkan, apa yang saya putuskan, selalu ada berkah didalamnya.

Hari ini saya sampai dengan kekecewaan yang sulit sekali saya damaikan.
Hampir saya mencintai segala apapun yang sudah saya peroleh, teman-teman, organisasi, bahkan hal sekecil-kecilnya seperti ruang tempat saya belajar, kantin tempat saya beristirahat, dan banyak lagi.

Ada satu mata kuliah, dimana saya merasa saya mempertaruhkan banyak hal didalamnya, bahkan saya memfokuskan diri untuk selalu mengikuti apapun syarat dan peraturannya. Awal memulai mata kuliah ini pun sangat membuat saya bersemangat, satu yang saya pikirkan, "akhirnya ada mata kuliah yang bisa saya pahami benar-benar secara logika.". Jadi semua terasa saya mempunyai nilai 100 untuk mata kuliah ini. Semua saya jalani sampai ditengah perjalanan, saya tertinggal beberapa hal, angka 100 menurun menjadi 70 dipikiran saya, dan ternyata penurunan itu terus terjadi sampai ketika hasil akhir sudah keluar, ya, saya sampai pada kenyataan bahwa saya berjalan dari angka 100 sampai dengan angka 0. Saya sampai di titik 0. Akhirnya saya sadar, apa yang saya perjuangkan, apa yang saya fokuskan sampai meninggalkan hal yang lainnya, semua merupakan hal semu, kesia-siaan yang saya bangun ternyata benar-benar satu hal nyata.

Kenapa saya berbicara seperti ini?
Setengah dari waktu saya terakhir, saya habiskan selalu dengan tangisan, saya tidak ingin berputus asa, tapi dengan keadaan seperti ini saya tidak ingin ada satu orang pun yang mengetahui. Dan ternyata hal ini sudah merupakan gambaran bagaimana saya pada hari ini. Saya pikir rasa siksaan ketidaktahuan tidak akan menyakitkan saya, ternyata tidak, satu hal ini telah menghancurkan banyak hal dari saya.

Saya hanya ingin ada yang bisa mendengarkan saya, bahkan saya ingin berbicara dan berinteraksi dengan pengajar atau siapapun itu yang bisa membantu, atau tidak, ternyata saya tau yang saya ingikan hanya sekedar untuk didengarkan, tidak lebih. Tapi ternyata memang tidak ada yang bisa saya lakukan, kecuali menerima, saya telah dipatahkan sebelum saya dapat melakukan apapun.

Dulu saya sering mendengar kata-kata, "Hanya ikan mati yang mengikuti arus, dan ikan hidup akan terus melawannya.". Hal itu saya jadikan pedoman bahwa hidup yang terus menerima adalah mati, saya ingin memperjuangkan apa yang saya rasa perlu untuk diperjuangkan, karena saya berfikir, karena saya merasa.

Balik lagi ke kalimat awal, Agent Of Change,
Kenapa mahasiswa suka berdemo? kenapa mahasiswa suka berargumentasi? kenapa mahasiswa bukan seperti siswa lagi? kenapa disebut "maha"?
itu semua karena mahasiswa merupakan penggerak aspek kehidupan, Ia berbicara tentang keseluruhan, Ia merupakan makhluk yang kritis, dan itu semua untuk kemajuan yang pemuda atau pemudi impikan. Bermimpi dengan mata terbuka.

Sewaktu saya di osis dulu, ada sambutan yang sangat saya sukai dari ketua osis sewaktu berkunjung ke gedung MPR, Ia mengatakan dengan lantang:
"Pemuda bukan pemegang masa depan, tetapi pemuda adalah pemegang hari ini, karena kita tidak perlu menunggu masa depan, untuk mendapatkan masa depan, kita harus melakukan semuanya dari hari ini."

Baiklah. Saya tidak terlalu pintar untuk berbicara terlalu banyak.
Sekian saja untuk tulisan saya kali ini.
Pesan terakhir. Saya ingin sikap menghargai dan mampu mendengarkan lebih banyak ada pada setiap orang. Saya tidak akan menutup kemungkinan di umur saya yang segini dan ada seorang bayi yang akan menjadi orang besar, lebih besar dari saya nantinya mungkin bisa saja, bagaimanapun ketika kita sudah memutuskan kalau seseorang itu lemah, kita akan lupa bahwa hidup ini terdiri dari banyak titik, mungkin kita kesulitan di satu titik, tapi kita pasti mempunyai banyak titik yang sudah Allah tentukan, dan itu lebih dari sekedar satu titik kelemahan tadi. Kalau kita harus mati berkali-kali dalam hidup, kita tidak perlu lagi takut, kita hanya perlu terbiasa.

Tulisan ini tidak untuk siapapun, hanya untuk saya, hanya untuk kekecewaan saya, dan semoga setiap kekecewaan akan membuat saya justru lebih kuat, seterjal apapun kedepannya nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar