Gua nemu satu blog yang isinya cerita-cerita misteri gitu...
Beberapa hari ini gua baca terus,
Gua scroll ke bawaaah,
dan dapet satu post yang kayaknya dalem juga... (gak lebay)
*sumber blognya: http://agraymarsella.blogspot.com/
Ditanya tentang apa,
it's about parents.
Penting banget gak sih?!
Penting buat gua, gak tau buat yang lain ahaha *serius dulu ah*
Kalo orang lebih fokus dengan cintanya ke pacar atau apa,
masa mengabaikan sih kalo cinta yang paling alami itu cinta orangtua.
Sementara kita beranjak dewasa,
Orangtua juga semakin menjadi tua.
Sedangkan orangtua mau memberikan segalanya,
masa anak memberi secuil aja gak rela.
Padahal orangtua sering marah sama kita untuk kebaikan kita,
misalnya gua udah malem belom pulang,
jelas orangtua marah,
kenapa? karna mereka khawatir...
Padahal yang terancam keselamatan gua sendiri,
Tapi yang kelabakan malah orangtua gua.
Gua bersyukur atas diri gua hari ini.
Gua bersyukur karna Allah melimpahkan cinta nya melalui orangtua yg masih ada.
Alhamdulillah...
Gua berharap,
Sampe kapanpun tulisan ini jadi pengingat gua,
Kalo gua sangat mencintai orangtua gua,
Dan sepanjang hidup gua,
Gua harus berusaha untuk membahagiakan mereka.
So, Check This Out...
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia enam tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan matanya yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah.
Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini.
“ Kita harus lakukan sesuatu” kata sang suami, “aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini”.
Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah kursi kayu kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang nampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia enam tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan embut ditanyalah anak itu.
“ Kamu sedang membuat apa?”
Anaknya menjawab : “ Aku sedang membuatkan kursi kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.
Jika anak hidup dalam kritik, ia belajar mengutuk.
Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi.
Jika anak hidup dalam pembodohan, ia belajar jadi pemalu.
Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa bersalah.
Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar.
Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri.
Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar mengapresiasi.
Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan.
Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin.
Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai diri sendiri.
Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mencari cinta di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar