Rabu, 25 Juni 2025

Beristirahat

Ternyata, ruang tenang itu ada disini, lebih dekat dari bisikan diriku sendiri di dalam hati.

Riak tanda tanya yang menusukku dari berbagai arah membuatku melangkah pergi, jauh, jauh sekali.

Dan keheningan baru telah mengetuk kehidupan menyenangkan yang lama kutinggalkan.

Sepertinya aku menyukai diriku dalam mimpi melayang senyata ini.


Mungkin sedikit berbeda, tetapi kali ini menjadi tidak penting adalah kepentinganku.

Selayaknya aku selalu bisa menghilang tanpa perlu bersembunyi dari siapapun.

Senangnya dosaku hanya menjadi partikel-partikel kecil yang sesaat bisa tertiup angin begitu saja.

Dan yang terbaik, tidak ada cita-cita apapun yang diam-diam naik ke pundakku dan menunggangiku sesuka hati.


Ruang ini, menjadi ruang tempatku bersandar dari apa yang sudah ku lalui.

Melihat dan menyaksikan permainan lain di papan yang baru.

Benar-benar menjadi penikmat yang tersenyum ketika semua menyenangkan,

Dan sedikit tertawa ketika semua sedang kacau di depan mata.

Bukan karena menghakimi, Bukan juga karena tidak peduli,

tetapi inilah sudut pandang ternyamanku untuk menaruh rasa yang tidak perlu ada.


Dan aku sangat senang berada di tempat ini,

Meletakkan diriku dalam ruangku sendiri, sekali lagi. Di level ini.





Kamis, 10 Agustus 2023

Sejauh-jauhnya Tempat Terbaik

Suatu hari membalas pesan-pesanku akan terasa semakin mudah, 

Seperti sajak tua yang sakral untuk diungkapkan berulangkali,

Pun seperti kalimat hidup yang terus perlahan menempati satu jiwa menuju jiwa lainnya.


Aku memang diam dan menaruh bicaraku di tempat-tempat yang tersembunyi.

Sebagaimana aku mengenal kasih yang begitu sama dengan fasihku menandai benci.


Tak ada keseimbangan apapun yang kupertanyakan dengan kelalaian.

Aku pandai dalam mengenal berbagai hal yang bisa kulupakan kembali.


Kala waktunya...

Suaraku tak akan getar menggema heningnya setiap dinding yang terus membisu,

Memasuki aliran-aliran yang setiap orang tak bisa lagi mempertanyakan ini dan itu...





Pada secarik rasa di tempat ini,

Ku tuliskan pesan teruntuk masa dimana semua telah menetap didalamnya.


"Untukmu seseorang yang bisa memasuki ruang-ruang padaku.

Bersama engkau lah ku yakinkan langkah pertamaku menuju sejauh-jauhnya tempat terbaik.

Dan diantaranya...

Kepercayaan ini akan menjadi bagian yang menunjukkan arah mata angin paling damai di dalam kita...


Semoga saja..

Dirimu adalah orang yang bisa mengingatkanku kembali,

Pada sebuah bayang kosong dimana engkau memang masih tiada,

Atau pada waktu-waktu penuh tanya dimana engkau ingin menjawab segalanya..."


Jumat, 17 Juni 2022

Pintu

Dua jam dayaku menyorotkan cahaya ke pintu itu.

Sebab kegelapan sepertinya satu-satunya yang menemani diri.

Bukan hanya bising yang meniadakanku.

Gelap ini juga.


Pintu itu,

Entah harapan yang ku tunggu, atau ketakutanku pada apa yang ada dibaliknya.

...

Jumat, 18 Februari 2022

Jalan menuju Rumah

Kadang satu perjalanan panjang terasa singkat untukku.
Kadang juga perjalanan yang sebentar terasa sangat melelahkan.


Berputar-putar tanpa tau dimana harus berhenti.
Memandang jalur seperti menjadi yang paling sendiri.
Hanyut.
Sesekali satu tempat berisikan hujan badai,
sesekali tempat lainnya memberikan panas terik.

Kamu.
Rumah yang terus aku cari dimana letaknya.

Bukan salahmu.
Sungguh.
Aku yang menderita amnesia.
Kamu tidak tau kan?

Tapi kalau kamu tau, seharusnya kamu peduli.
Sebab sakit seperti ini bukanlah apa yang aku inginkan.
Diantara semua keadaanmu, ada keadaanku yang pernah hampir sekarat di perjalanan.

Sebab rumah megahku pernah hilang dan tidak kutemukan lagi sampai hari ini.
Aku hanya mampu mengingat rasa,
Setiap ruang itu selalu memberi teduh padaku dulu.
Rumah sejakku hadir, sebelum semua perjalanan panjang ini dimulai.

Kamu kini rumah pertamaku setelah segalanya.
Tapi aku selalu tersesat mencari.
Lagi dan lagi.
Meronta-ronta disetiap pintu yang aku kira.
kadang terbuka lebar, kadang menutup rapat.
Dan seringkali justru hilang seutuhnya.


Rumah, kenapa tidak kamu saja yang berjalan kepadaku.

Dibiarkannya aku kini tersesat lebih jauh. Lebih parah.
Di jalan yang entah seperti apa aku harus menyebutnya.



Minggu, 01 Agustus 2021

Kelahiranku kembali

Ada kala dimana kita terus memberi, 

dan seluruh kata yang menghujam hanyalah,

"Apa yang sudah didapatkannya?"


. . .

Pernah keikhlasanku mulai bersuara gentar,

Pada sebuah cita-cita yang membentuk kendali kuasa,

Ia adalah satu-satunya hal yang tersisa dari penghargaan dan penghormatan.

Mungkinlah ketiadaan memang arah mata angin terakhir yang akan ditawarkan setelah segalanya.


Aku ingin sejarah melahirkanku lagi dan lagi.

Menghantui ketakutan dari setiap manusia yang terus mempermainkan kebenaran.

Biarlah aku menjadi rupa bayang sekejam mereka,

Sebab hanya inilah kedukaan yang terus meminta dua sisi bersamaan.

Baik dan buruk, kala keduanya harus sirna, maka sirnalah bersama pengorbanan itu.


. . .


Di waktu tertentu,

Izinkanlah keharusan berjalan dengan apa adanya.

Berbunga harapan tanpa ada sebuah hina atas penghakiman didalamnya.


Di ruang tertentu,

Izinkanlah seorang perempuan berdiri diatas dirinya.

Menghentikan sang leluhur mengutuk darah yang mengalir pada takdirnya.


Adakah setiap yang bertahta harus mati menghadiahkan seluruh hidupnya?

Menggantung mahkota menjadi sebuah bukti ketidakadilan yang akan terus dipertontonkan.

Sungguh kesalahan, mereka harus tau bahwa aku lah putri yang selalu bangga membawa sebuah tinta,

Meninggalkan surat dan sepenggal kata di setiap sudut orang-orang yang ingin menemukannya.


Kebenaranku memiliki rahim di bumi bertahta, 

biar kini aku berhenti, dan aku yang baru terus menerus hadir di setiap dimensi.

Mencari makna, menebas angkuh.

Mendapat bajik, memperoleh nyata.


Kuserahkan itu pada kelahiranku yang lain...

Silahkan hidup dan temukan lagi sejarah berulang.

Pada saatnya menang, maka menanglah dengan keutuhan.