Minggu, 11 Mei 2014
Menjadi Desainer Itu...
Berawal dari salahnya gue masuk ke jurusan asing dalam hidup...
Ditempat gue kuliah ini ada yang namanya "Dapur Seni".
Dapur Seni atau yang bisa gue sebut sesingkat-singkatnya ini "DS".
Di dalem DS ini, gue belajar semanis-manisnya dan sepait-paitnya menjadi seorang designer...
(btw.. kayak yang sebelum-sebelumya.. gue pengen banget masuk jurusan seni kalo kuliah)
Tapi Tuhan ga mungkin membuat gue kesasar tanpa jalan sedikitpun kan.
Akhirnya satu hikmah bisa gue petik...
Gue lulus di fakultas sains dan teknologi dimana didalamnya ada DS.
Kuliahlah gue di DS ini.... hahaha
Dapet job lah....
Sebelumnya, emang sih gue udah biasa kalo temen-temen minta tolong buatin desain ini itu..
Dan kendalanya pun revisi ya gak terlalu sulit.
Tapi saat gue melangkah menjadi seorang desainer yang otw "professional".
Pertama, waktu gue masuk ke sebuah kepanitiaan,
dimana gue bener-bener megang tanggung jawab sebagai pendesain,
satu point disini.. Gue gak boleh egois, desain untuk bersama, adalah selera bersama.
Alhasil, revisi banyaklah gue dengan size data yg sangat besar, bikin mata beku nungguin kelemotannya.
Kedua, waktu gue menjadi salah satu designer dalam sebuah tim untuk acara yang cukup besar.
Kita diberi deadline dimana kita harus se-kreatif mungkin dalam jangka waktu yang sesempit mungkin.
Dalam satu tim misalkan ada 7 orang, masing-masing harus membuat 2 karya.
Jadi, ceritanya total semua adalah 14. Diserahkannya lah ke-14 karya tersebut ke client.
kemudian.... Dikembalikan seluruhnya.
Dan client memberi brief kembali secara detail.
Lalu kita semua kembali membuat...
dan akhirnya diterima 3 karya.
Dan selera gue tetep kayaknya cuma gue yang suka.
Dan sampe saat ini job job serius yang gue dapet sering direvisi besar-besaran...
Yang pengen gue bahas disini adalah...
Ternyata...
Menjadi seorang designer itu gak mudah...
Gue harus menyelaraskan pikiran gue dengan pikiran orang..
Gue harus menawarkan hal seunik dan semenarik mungkin...
Gua harus rela kalo hasil desain gue jadi kayak apa yang orang mau, bukan gue...
Gue harus tahan banting menghadapi tawaran yang gue terima dan itu menghasilkan deadline-deadline yang baru...
Gue harus terima ketika waktu gue abis mendesain sesuatu yang akhirnya gak berubah jauh dari apa yang client kasih...
Gue harus ikhlas kalo misalkan gue disuruh buat sesuatu yang akhirnya gak terpakai sama sekali...
Membahas tentang gimana sih perasaan gue dalam posisi ini...
Penggambarannya gini...
Ada gagasan atau ide yang pengen gue visualkan,
dengan segala kemungkinan yang ada,
Gue gak kayak dulu-dulu misalkan gue lomba, yang gue libatkan adalah diri gue sendiri,
Ketika pun gue kalah yang kecewa ya diri gue sendiri.
Tapi ini beda, Gue megang harapan orang ditangan gue,
Gue bertanggung jawab untuk memberikan sebaik-baiknya apa yang gue bisa kasih...
Ketika itu diterima, alangkah gue merasa gak menyia-nyiakan diri gue dan orang lain.
Dan ketika itu ditolak, gue merasa telah mengecawakan lebih dari diri gue, yaitu orang lain itu sendiri..
Ketika pada suatu hari, gue udah gak terlalu antusias dengan dunia seperti ini.
Gue ngerasa, banyak kok yang bisa jadi desainer.
Trus spesialnya gue buat antusias tuh apa?
Gue bayangin. sekarang gue belom masuk ke dunia kerja.
Tapi rasanya kerja udah gue dapet disini,
baru segini aja gue udah ngerasa pedih.
Bahkan kadang yang gue lebih sedih adalah gue harus sejenis "bertanding" kreatifitas dengan temen-temen gue...
Pengertian gue sih daridulu tetep...
Yang namanya seni gak akan ada jeleknya..
ini bukan eksak kayak matematik yang salah atau benar...
Ini keindahan. yang kita bagi untuk orang juga dapat melihatnya...
Jadi yang terakhir di tulisan ini..
Gue gak akan tau kapan gue berenti,
Apapun itu dari dalem diri gue akan gue maksimalkan.
Dan seperti biasanya......
Gue lebih memilih kalah karena sudah memulai,
daripada mati karena takut memulai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar