Minggu, 08 Januari 2017

Perempuan

Seorang makhluk anggun yang paling layak berada pada bumi Tuhan dengan segala kesempurnaannya. Ialah bidadari dalam setiap batasan karena ditakdirkan untuk lahir di dunia, bukan di surga. Inilah wilayah dan peran yang harus ia jalani sebagai seorang anak yang hadir dari kasih sayang ayahnya, juga sebagai istri dari pengorbanan suaminya, dan tidak lupa sebagai sosialis bagi makhluk individualis lainnya. Benar, kesepakatan sosial telah menyebutnya sebagai  “Perempuan”.


Sejak kecil aku selalu diajarkan tentang kelembutan, kebaikan, dan kasih sayang. Dan aku yakini bahwa hampir setiap perempuan pasti menyerap sifat dasar tersebut dalam dirinya karena tahu betul sifat itu dari apa yang telah ia alami, baik dari dalam maupun diluar dari dirinya. Begitu hangat dan juga ringkih, mungkin itulah kita.

Aku pun seorang perempuan, yang setiap langkahnya selalu mempertanyakan apa arti dari sebuah kemampuan. Berulang kali setiap perempuan meminta untuk diberdayakan. Memangnya bagaimana perempuan dapat dikatakan sudah berdaya? Apakah kita ini budak yang meminta untuk dipekerjakan agar dapat diakui? Lalu setelah itu kita tersiksa dalam pembuktian diri kita sebagai manusia yang sama dengan lainnya, seolah kita tidak pantas.

Pun kalau setiap perempuan di dunia bersatu menyalahkan setiap laki-laki, maka apakah perempuan adalah manusia yang paling benar? Apakah kita merasakan itu. Meminta disetarakan dengan laki-laki seolah ini adalah anggapan sosial dan kesalahan dari setiap laki-laki, karena mereka sungguh terlalu melesat dan meninggalkan makhluk bernama perempuan seperti kita.



Dan ketahuilah seharusnya bukan perempuan yang berteriak memohon disetarakan dengan laki-laki, bukan itu. Tetapi bagaimana perempuan itu mampu berada dalam tingkatan yang memang sama dengan laki-laki. Perempuan banyak berbicara tentang bagaimana itu kesetaraan gender, meyakinkan perempuan lain bahwa mereka kuat tanpa laki-laki, akan tetapi menghadapi hal berat yang baru, kita langsung saja menyudutkan laki-laki untuk melakukannya. Bagaimana tidak perempuan akhirnya dianggap lemah, karena memang kita sendiri yang menunjukkannya.

Ini menjadi sangat lucu ketika banyak perempuan mengatakan “KITA ADALAH PEREMPUAN, DAN KITA BISA MELAKUKAN SEGALANYA!”, Padahal kenyataannya adalah perempuan takut sendirian, selalu bergerombol, menertawakan orang lain, berbicara tentang sakitnya cinta, mengagumi mata seorang lelaki, berusaha menjadi yang paling cantik, dan berbicara tentang konsep pintar tanpa pernah menjadi cukup pintar untuk membentuk dirinya menjadi seorang makhluk intelektual yang dapat dipertimbangkan.

Iya perempuan, memang kita ingin disetarakan. Lalu kenapa kalian masih mengkotakkan diri kalau kalian itu perempuan dan sangat wajib untuk diistemewakan? Padahal kata istimewa itu adalah untuk siapapun secara individu, istimewa adalah tentang kepantasan, bukan pengakuan diri sendiri. Karena ketika kita pantas, maka semua orang akan mengakui bahwa kita istimewa.



Maka kalimat terakhir adalah... Untukku dan untukmu sebagai seorang perempuan...

Silahkan hormati dirimu dengan cara menjadikan diri sendiri agar layak untuk dipandang, layak untuk didengar, bahkan layak untuk menjadi layak. Karena sungguh anugerahmu sangatlah besar. Engkaulah makhluk dengan kecantikan mahkota yang tersembunyi, Engkaulah pemilik mata yang dapat mematikan siapapun tanpa dapat melihatnya, dan juga dari engkaulah sebuah peradaban dapat ditentukan. Maka tentukanlah dirimu wahai sang ratu yang bijaksana. Tentukanlah kebijaksaanmu dalam dirimu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar