Seorang makhluk anggun yang paling
layak berada pada bumi Tuhan dengan segala kesempurnaannya. Ialah bidadari
dalam setiap batasan karena ditakdirkan untuk lahir di dunia, bukan di surga.
Inilah wilayah dan peran yang harus ia jalani sebagai seorang anak yang hadir dari
kasih sayang ayahnya, juga sebagai istri dari pengorbanan suaminya, dan tidak
lupa sebagai sosialis bagi makhluk individualis lainnya. Benar, kesepakatan
sosial telah menyebutnya sebagai “Perempuan”.
Sejak kecil aku selalu diajarkan
tentang kelembutan, kebaikan, dan kasih sayang. Dan aku yakini bahwa hampir
setiap perempuan pasti menyerap sifat dasar tersebut dalam dirinya karena tahu betul sifat itu dari apa yang telah ia alami, baik dari dalam maupun diluar dari dirinya. Begitu hangat dan juga ringkih, mungkin itulah kita.
Aku pun seorang perempuan, yang setiap
langkahnya selalu mempertanyakan apa arti dari sebuah kemampuan. Berulang kali
setiap perempuan meminta untuk diberdayakan. Memangnya bagaimana perempuan dapat
dikatakan sudah berdaya? Apakah kita ini budak yang meminta untuk
dipekerjakan agar dapat diakui? Lalu setelah itu kita tersiksa dalam
pembuktian diri kita sebagai manusia yang sama dengan lainnya, seolah kita tidak pantas.
Pun kalau setiap perempuan di
dunia bersatu menyalahkan setiap laki-laki, maka apakah perempuan adalah manusia yang
paling benar? Apakah kita merasakan itu. Meminta disetarakan dengan laki-laki
seolah ini adalah anggapan sosial dan kesalahan dari setiap laki-laki, karena
mereka sungguh terlalu melesat dan meninggalkan makhluk bernama perempuan seperti kita.
Dan ketahuilah seharusnya bukan
perempuan yang berteriak memohon disetarakan dengan laki-laki, bukan itu.
Tetapi bagaimana perempuan itu mampu berada dalam tingkatan yang memang
sama dengan laki-laki. Perempuan banyak berbicara tentang bagaimana itu
kesetaraan gender, meyakinkan perempuan lain bahwa mereka kuat tanpa laki-laki,
akan tetapi menghadapi hal berat yang baru, kita langsung saja menyudutkan
laki-laki untuk melakukannya. Bagaimana tidak perempuan akhirnya dianggap lemah, karena memang kita sendiri yang menunjukkannya.
Ini menjadi sangat lucu ketika
banyak perempuan mengatakan “KITA ADALAH PEREMPUAN, DAN KITA BISA MELAKUKAN
SEGALANYA!”, Padahal kenyataannya adalah perempuan takut sendirian, selalu bergerombol, menertawakan
orang lain, berbicara tentang sakitnya cinta, mengagumi mata seorang lelaki, berusaha
menjadi yang paling cantik, dan berbicara tentang konsep pintar tanpa pernah
menjadi cukup pintar untuk membentuk dirinya menjadi seorang makhluk
intelektual yang dapat dipertimbangkan.
Iya perempuan, memang kita ingin
disetarakan. Lalu kenapa kalian masih mengkotakkan diri kalau kalian itu
perempuan dan sangat wajib untuk diistemewakan? Padahal kata istimewa itu
adalah untuk siapapun secara individu, istimewa adalah tentang kepantasan,
bukan pengakuan diri sendiri. Karena ketika kita pantas, maka semua orang akan
mengakui bahwa kita istimewa.
Maka kalimat terakhir adalah... Untukku dan untukmu sebagai seorang perempuan...
Silahkan hormati dirimu dengan
cara menjadikan diri sendiri agar layak untuk dipandang, layak untuk
didengar, bahkan layak untuk menjadi layak. Karena sungguh anugerahmu
sangatlah besar. Engkaulah makhluk dengan kecantikan mahkota yang tersembunyi, Engkaulah pemilik mata yang dapat mematikan siapapun tanpa dapat melihatnya, dan juga dari engkaulah sebuah peradaban dapat ditentukan. Maka tentukanlah dirimu wahai sang ratu yang bijaksana. Tentukanlah kebijaksaanmu dalam dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar