Minggu, 16 Juli 2017

Phosphenes

Hari ini sinar matahari yang masuk dari sambaran cermin itu membangunkanku. Seperti tidak ingat pesanku tadi, bahwa aku baru saja terpejam beberapa saat yang lalu dan tidak ada perizinan atas apapun untuk perintah membangunkanku kali ini.


Aku ingin sekejap lari dari kesadaran.
Karena seseorang sungguh telah mencabik-cabik ketidaktahuanku melalui debu-debu asing pada kilauan sinar ini. Sampai saja seketika aku melebur dan dia menyapuku kembali dengan partikel-partikel baru yang semua orang tengah tertawakan sewaktu itu. Dan aku pun tertawa sama nyaringnya. Tapi sesungguhnya aku bertanya, apa yang sebegitu patut untuk ditertawakan?

Aku benar-benar ingin lari dari kesadaran ini.
Karena roti dihadapanku kini berteriak memaksaku memakannya, mengancamku atau ia akan mendorong segelas air disampingnya, dan air itu tidak kalah mempertahankan diri, ia ingin diminum paling pertama sebelum roti tidak tau diri itu, bahkan sebelum obat-obatan yang sudah tersedia bersama mereka semua. Kemudian apa masalahnya? Ketika mereka diam tentu aku lebih tau apa yang akan aku makan dan minum lebih dulu, seperti hari-hari yang lalu. Jadi, apa masalahnya kali ini?

Sungguh, Aku ingin sebentar saja lari dari kesadaran ini.
Karena dari balik pintu itu aku mendengar suara airbah yang meraung-raung beradu padu dengan pusaran udara yang seharusnya tidak ada disana. Dan sayangnya tetes demi tetes air kecil itu masuk melalui lubang kunci. Sepertinya semua akan berakhir bukan hanya ketika aku membuka pintu, tetapi juga bahkan ketika aku membiarkan setiap tetesnya pelan-pelan masuk ke dalam kamarku. Sama saja. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?


BANGUN!
Hanya itu jalan keluarku. Aku harus sadar bahwa kesadaranku telah dicuri. Ini semua tipuan! Ini semua tidak nyata. Dan pencurinya adalah diriku sendiri.

Rasanya… Aku hanya menemukan segalanya ketika aku tidak dapat melihat apapun, seperti apa yang dikatakan seseorang tadi malam bahwa cinta itu buta, dan aku berfikir tentang itu… tentang kebutaan yang membuat setiap orang tersesat, dan ditengah kesesatannya mereka menemukan pondok sunyi dibalik lembah ternyaman yang tidak mampu menamai dirinya sendiri. Iya, itu adalah…

Cahaya.


Cahaya mengejutkan yang semakin bersinar terang tanpa kendali ketika aku menekannya dari celah indera penglihat ini. Begitu meledak-ledak.

Cahaya itu indah dalam ketidakjelasannya atau begitu menyesakkan karena begitu jelas bagiku. Cahaya itu ialah mungkin dibagian terdalam atau mungkin diluar aku, dihadapanku. Cahaya itu yang telah memicu permainanku dalam kedipan ini, mungkin saja pandora-gana yang entah aku sendiri atau cahaya itu lukiskan. Cahaya itu… begitu halus menutup mataku, disanalah cahaya abadiku bersembunyi dan bersambut.

Benarlah aku telah kehilangan arah saat membuka mata dan kembali menemukan jalan ketika menutup mata. Memang disanalah cahaya itu menuntunku, tapi anehnya… justru untuk kembali membuka mata.



Phosphenes

(n.) Fenomena yang ditandai dengan pengalaman melihat cahaya tanpa cahaya
 benar-benar masuk ke mata.

(arti lebih sederhana)

Ilusi cahaya yang hanya kita lihat saat mata terpejam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar