Ketika hati mengatakan sesuatu, bukankah suara itu berasal dari kepala? Berbisik halus memerintah perasaan yang entah harus mengepakkan sayap atau justru menutupnya. Dan jika seseorang terpenjara dalam kesedihan, maka dia akan sesak meminum air matanya sendiri bukan? Pun jika dia terpenjara dalam kesenangan, dia akan sesak dengan tawanya yang tiada henti. Semua yang kehilangan kendali, akan membunuh dirinya sendiri. Seseorang yang menyadari keberadaannya pasti mampu memusatkan pikiran dalam sebuah keputusan. mencintai atau membenci. itu semua ada didalam kepala kita. Itu semua tentang kemampuan mengendalikan.
. . .
Dan kali ini sebuah dilema mempertemukan siang dan malam.
Dan kali ini sebuah dilema mempertemukan siang dan malam.
"Perasaan gua udah lama jadi datar, tapi dia tunangan gua, gua gak lagi pada rasa sayang atau cinta. dia udah menjadi gua dan gua udah menjadi dia. Dan ini justru menjadikan segalanya hambar. Karena gua lebih tau kalo dia cinta, tapi gua bahkan gak tau apa gua mencintainya dengan perasaan yang sama... dan rasanya dia tau jawabannya." -Siang
"Gua adalah seorang pecinta sejati. Gua memilih semua yang datang, apa itu sama dengan gua gak memilih semuanya? gua cuma menyelamatkan siapapun dari rasa terabaikan. Mereka yang tenggelam dalam lautan ketidakpastian, satu persatu gua naikin ke atas kapal kasih sayang gua, adil bukan? tentu ada yang paling gua suka diantara semua, tapi itu rahasia, mungkin mereka semua saling tau." -Malam
Tentu semesta berirama. Siang, Malam, dan Aku duduk bercerita tentang waktu.
Tentu semesta berirama. Siang, Malam, dan Aku duduk bercerita tentang waktu.
. . .
Kalau bukan suara kita yang sampai pada seseorang, maka suara orang itu sendiri yang akan terdengar olehnya. Sesuatu yang justru tidak bisa kita hentikan benar atau salah.
Apa yang lebih mengerikan, pengkhiyanatan dari sebuah komitmen atau pekhiyanatan dari sebentuk perasaan? Mungkinkah mereka semua pengkhiyanat? Dengan keraguan berbalut keyakinan mereka membentuk segalanya tanpa sebuah pertimbangan. Akankah mereka memikirkan yang lainnya? Atau semua yang dijalani hanyalah tumpukan pasti yang membentuk kesenangannya sendiri? Who Knows...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar