Hempaslah! Kali ini bebaskan.
Sungguh dari atas sini, semua masalah seperti bertabrakan, dan aku adalah penikmat.
Aku tau bagaimana rasanya menginjakkan kaki ditanah lapang. Berulang kali diabaikan, Beribu kali dikecilkan, Berjuta kali diputuskan harapannya. Itulah kenapa aku ingin mengantarkan diriku yang lain kembali keatas sini.
. . . . .
Orang bilang duniaku meninggi, arahku tak terpatahkan, tapi aku merasa semakin biasa, karena tidak ada bayangan lagi yang dapat kuletakkan. Semua nyata. Semua harus bergerak, sekalipun aku diam.
Dengan intuisi yang sangat halus, jelas bahwa mereka semua berusaha saling menyingkirkan, bersama-sama ingin menjatuhkan, dan mati-matian merebut sesuatu yang seharusnya sudah diselesaikan. Lihatlah dengan tampilan datar ini, adakah aku tidak mendengarkan? jauh sebelum itu mereka telah kuramalkan. dengan sifat yang seperti itu, bukan tidak mungkin aku tau geraknya akan bagaimana dan permintaannya akan seperti apa. Semesta pun tahu. Sungguh.
Jadi, hati hangat dengan pertunjukan yang dingin atau hati dingin dengan pertunjukan yang hangat?
. . . . .
Oh... Lihat, lihat...
Awan disana bertabrakan lagi, hujan telah turun. Pesawatku terguncang semakin keras, tapi aku tidak apa-apa dan bahkan tidak kedinginan. Karena kini kutahu bagaimana menempatkannya. Gelap, petir, sakit, jahat... Semua ada diluar sana, semua ada diluar aku, dan tidak akan hadir tanpa perizinanku. Maka benar bahwa kini aku tidak setakut itu. Benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar