Sebuah kemungkinan malam ini. Atau banyak malam sebelum ini.
Tentang kita yang selalu duduk sampai pagi, benar hari-hari itu pernah sangat menyenangkan. Bahkan dalam setiap amarah dan ledakan emosi lainnya. Sayang kita bertemu di titik nasib yang tak begitu baik.
Katanya, untuk menjadi satu jangan pernah bersatu. Kita harus berbeda agar dapat menyatu. Karena sama adalah benturan, mungkin sama tepat seperti mempertahankan salahsatu dan meninggalkan yang lainnya.
Sejujurnya, memang jalan kita tak selalu putih, tapi pun kita juga tak pernah memilih berdampingan dengan hitam bukan?
Seperti alam dan suasana diatas sana. Seandainya langkah kita sama, pastinya kita tak perlu terus menerus mencari potongan kecil yang entah dimana keberadaannya. Hanya meributkan keharusan membela bumi ataupun ketaatan menopang langit. Iya kan?
. . .
Dalam setiap lelah, mereka bilang jangan lupa bersandar, tenang, dimanapun itu mereka akan tetap hadir. Tapi nyatanya hari ini bukan tentang itu. Aku selalu percaya. Tapi aku ingin mereka ada. Untuk merasakan sakit sama sakit, tawa sama tawa, bahkan marah sama marah.
Emosi yang sama, apa benar akan memisahkan kita? Lagi dan lagi?
Ada hal yang harus diketahui, bahwa “ada” yang merasakan tidak bisa sama dengan “ada” yang hanya menerka rasa.
Tapi aku rindu mencari sama kita yang sama, hampa kita yang hampa. Manakala semua terlelap dan masalah menjadi cukup mengancam ketika malam, lalu kita bangun dengan fajar yang menghilangkan kita lagi.
Kita pernah hidup di ruang sempit beratapkan langit, dimana mimpi-mimpi terasa dekat, sekalipun kita tau kalau kita hanya sekelebat elemen yang mungkin tiba-tiba akan tiada. Tapi kepercayaan itu yang aku cari kemanapun hari ini.
Kepercayaan tanpa dasar yang tidak haus akan hal apapun sebagai pertukarannya. Kembali kosong dan berirama dibawah langit tanpa bintang sekalipun.
. . .
good writer
BalasHapus